Istano Basa Pagaruyung merupakan saksi dan bukti bahwa Kabupaten Tanah Datar menyimpan latar belakang sejarah yang cukup kental. Kemegahannya masih dapat dirasakan bila Anda berkunjung ke sini.
Bila melihat masa lalu, objek wisata ini menjadi tempat singgah Raja Minangkabau khususnya dari Kerajaan Pagaruyung merupakan kerajaan tertua di kawasan Sumatera yang pernah mengalami fase agama Hindu-Budha dan Islam.
Cerita Sejarah Istano Basa Pagaruyung
Jika melihat catatan sejarah dari ensiklopedia Universitas Stekom, bangunan megah ini pertama kali didirikan oleh Raja Adityawarman. Lokasinya berada di atas Bukit Batu Patah, sayang saat perang padri terbakar habis.
Agar catatan sejarah itu tidak hilang pada tahun 1976 akhirnya dibangun kembali hanya saja ini merupakan sebuah replika di Kabupaten Tanah Datar. Gagasan tersebut dicetuskan oleh Gubernur Sumbar, Harun Zain.
Beliau merasa harus ada warisan yang mampu mempersatukan orang minang. Terlebih lagi setelah peristiwa Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia, sehingga 1968 dicetuskannya ide tersebut.
Pembangunan kembali Istano Basa Pagaruyung sekaligus ditetapkannya menjadi situs cagar budaya serta menjadi objek wisata umum. Hal tersebut sesuai dengan Perda Kabupaten Tanah Datar nomor 2 tahun 2012.
Replika bangunan megah ini mengalami kebakaran pada 27 Februari 2007, karena bagian puncak istananya terkena sambaran petir. Beberapa dokumen, serta kain hiasan dilalap si jago merah.
Dalam kejadian tersebut kurang lebih hanya 15% saja barang berharga dapat diselamatkan. Kemudian, pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tepatnya Oktober 2013 istana ini dibangun kembali.
Agar lebih kuat dan awet tahan lama, akhirnya menggunakan struktur beton modern. Walau begitu, secara keseluruhan pembangunannya tidak lepas dari teknik tradisional serta masih mempertahankan material kayu.
Keindahan Menawan Istano Basa Pagaruyung
Objek wisata ini walau hanya sebatas replika, namun mampu memberikan pengalaman menari. Saat masuk ke dalam rasanya seperti berada di istana yang asli, ada beberapa hal yang cukup menarik.
Di mana bangunannya mirip dengan Rumah Gadang, tetapi sebenarnya keduanya berbeda jauh. Tempat ini menambahkan ornamen hiasan sejumlah 60 ukiran,semua itu merupakan filosofi budaya Minangkabau.
Berikut akan kami bedah apa saja yang jadi keindahan objek wisata ini, hal ini sangat penting diperhatikan, siapa tahu bisa menjadi referensi lokasi foto untuk Anda
1. Ornamen dan Bunga
Jika sudah masuk, berhentilah dulu sejenak kemudian lihat ke sekeliling, begitu menawan dengan ornamen dan berbagai ukiran bunga yang menjadi ciri khasnya. Ada juga dedaunan sehingga kesannya lebih alami.
Selain itu, penggunaan ornamen tersebut mempunyai makna tersendiri dan cukup dalam terutama soal kehidupan sosial, mitologi, dan kepercayaan masyarakat Minangkabau yang coba untuk terus dilestarikan.
2. Bangunan Tiga Lantai
Istano Basa Pagaruyung terdiri dari tiga lantai, dengan rincian ada 72 tonggak. Kemudian ada gonjong atap dan tanduk yang jumlahnya 11. Semuanya terbuat dari serat ijuk seberat 26 ton
Selain itu, didalam replika ini pengunjung bisa melihat berbagai macam artefak kuno sekaligus furniture di masa lalu. Semuanya sangat otentik, sehingga para pengunjung bisa belajar banyak disini.
Dari ketiga lantai itu, memiliki fungsi dan peran masing-masing. Seperti lantai satu sebagai kantor dan ruang tamu, naik ke atasnya ada kamar untuk istirahat, lantai terakhir untuk tempat khusus.
Di mana lantai paling atas tersebut digunakan para raja untuk semedi, sekaligus memantau keadaan perang pada saat itu. Tidak heran bila sekarang dimanfaatkan sebagai tempat ibadah dan penyimpanan buku penting.
Istano Basa Pagaruyung terletak di Jalan Sutan Alam Bagagarsyah, Pagaruyung, Tj. Emas, Kabupaten Tanah Datar, harus diakui lokasinya benar-benar menarik dan cocok untuk mengisi feed IG Anda.